Kamis, 14 November 2013

SEKEPAL TANAH SURGA (IBD)


Aku adalah seorang manusia yang lahir ke dunia secara prematur dengan bobot  satu kilogram, dan aku dilahirkan tanpa satu kaki walaupun tuhan memberikan aku keistimewaan ini dari manusia lainnya aku selalu bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk lahir ke dunia. Sejak lahir aku tidak pernah melihat ayah kandungku karena ketika tujuh bulan dikandungan ayahku ditabrak lari oleh pengendara motor yang tidak bertanggung jawab atas perbuatannya sehingga membuat ayahku tewas ditempat sehingga membuatku menjadi anak yatim dan anank tunggal. Aku hanya  dapat melihat sosok wajah ayah dalam frame foto yang tertempel di dinding ruang tamu dan dari cerita ibuku, aku hanya tinggal dirumah sepetak persegi ini pun hasil warisan peninggaan Alm. Kakek dan kami hanya mengandalkan uang yang diberikan oleh asuransi kantor ayahku sehingga ibuku harus sangat memanfaatkan uang ini seefisien mungkin, ibu hanya seorang pedagang gorengan di SD namun dimataku beliau ialah seorang malaikat yang di utus oleh tuhan untuk menjagaku di dunia. Walaupun aku memiliki kekurangan fisik namun semangatku dapat mengalahkan orang-orang yang diberikan kehidupan yang jauh lebih baik dariku, ketika aku kecil aku hanya dapat melihat teman-temanku bermain berlari untuk mengambil bola atau main petak umpat dan lain-lain separuh waktu hidupku kecil aku habisnya hanya untuk duduk dan duduk hingga aku masuk SD. Pertama kali masuk SD aku di antar oleh ibuku dengan digendongnya hingga sampai ketempat duduk dan dijemput lagi ketika sekolah telah berakhir, seminggu pun aku menjalani sekolah SD hingga suatu hari aku mendapatkan tongkat untuk berjalan sendiri untuk segala aktivitasku yang diberikan oleh orang tua murid yang merasa iba setelah melihat perjuangan ibuku dan kondisiku.

Hidupku tidak luput dari hinaan dan cacian disekolah maupun dirumah, pada saat itu aku masih ingat ketika aku dijatuhkan oleh teman dan aku dikerubungi oleh teman-temanku yang ingin mencela hidupku dengan berbagai perkataan yang tidak enak jika didengar oleh siapapun, ibuku datang dan mengusir mereka, aku tambah sedih ketika ibuku datang ibu malah ikut dihina oleh mereka aku berkata dalam hati jika aku menjadi beban siapapun aku siap dicabut nyawaku saat ini juga aku memohon kepada tuhan. Walaupun umurku masih dibilang  kecil aku sudah bias merasakan betapa kerasnya hidup yang kujalani karena berbagai polemika besar yang ditanggung oleh tubuhku yang kecil. Umurku sudah 17 tahun aku mulai merasakan jatuh cinta kepada lawan jenis hingga pada saat itu aku menyatakan cintaku pertama kali kepada seorang wanita idamanku, dengan lantang dia bilang lu ngaca dulu dong liat fisik lu dulu kayak gimana sama apa yang lu punya buat gue nanti punya duit kagak lu, saat itu aku sangat merasa kecil tidak ada harganya sedikitpun namun setidaknya aku bisa lega karena aku telah menyatakan perasaanku yang kusimpan sejak awal SMA, dan aku merasa kapok dan berfikir untuk tidak menikah karena siapa yang mau menerimaku dengan keadaaan seperti ini.

Aku sangat sedih ketika mendengar atau meliat ibuku menangis sendiri  dikamar, ibuku selalu memberikan motivasi hidup kepadaku dan menasehatiku agar selalu bersabar karena rencana tuhan itu indah. Tidak ada skenario tuhan yang buruk pasti semua baik dan ibuku selalu berkata EVERYTHING IS POSSIBLE dengan kata-kata yang beliau dapatkan  dari cover buku yang ia jadikan sebagai kertas gorengan yang ia jual, setiap ibuku menasehatiku aku selalu semangat lagi dan diakhiri dengan pelukan hangat dari seorang ibu. Dan inilah yang selama ini membuatku bisa tahan dengan cobaan hidupku.

Hari ini ialah hari 18 tahunnya ayahku meninggalkan keluarga ini ibuku sangat sedih setiap mengenang suaminya pergi ketika awal mereka menikah, dan terihat ibuku sedang membuka lemari yang katanya ini adalah benda bersejerah bagi mereka dan aku melihat sebuah kertas yang berdebu yang berisi coretan merah ketika aku tanya ibuku kertas apa ini, ibuku langsung menjawab ini adalah kertas impian-impian atau mimpi-mimpi alm. Ayahmu ketika SMA dan beliau masih hidup. Aku melihat semuanya hamper dicoret dan terlihat masih ada satu dan di taruh dinomer satu mungkin ini impian ayahku yang pertama yaitu mejajahi puncak gunung kerinci, langsung aku bertanya pada ibuku dimana gunung kerinci bu? Kata ibuku gunung kerinci terletak di pulau Sumatra  dank arena Alm. Ayahmu dulunya orang Palembang lalu merantau sendiri ke Jakarta. Lalu aku meminta kertas itu kepada ibuku dan ibuku mengizinkannya sebagai kenang-kenangan dari ayahmu. Setelah itu aku langsung menempelkan kertass itu dipintu kamarku dan aku meniatkan untuk melanjutkan mimpi ayahku namun terbesit dihatiku apa aku bisa melakukannya dengan kondisiku saat ini.

Keesokan harinya, aku pergi ke warnet aku mulai mencari tau seperti apa gunung kerinci itu pertama kali aku melihat gambarnya aku sangat kagum karena gunung itu berdiri gagah menjulang tinggi yang sangat mengerucut hingga menembus awan dan gunung itu merupakan seven summits Indonesia merupakan gunung tertinggi kedua di Indonesia setelah gunung cartenz di Papua dan di nobatkan sebagai puncak tertinggi pulau Sumatra, aku terdiam sejenak apa  aku bisa tapi aku teringat mimpi-mimpi ayahku . Aku mulai mecari butuh berapa banyak yang harus aku keluarkan untuk kesana dan peralatan apa saja yang aku harus bawa untuk bertahan hidup selama disana. Dan aku mulai menghubungi jasa-jasa trip untuk pergi kesana aku melihat berbagai macam harga ditawarkan ternyata yang paling murah ialah 4,5 juta aku berpikir dari mana uang sebanyak itu untuk mencukupi kebutuhan aku dan ibuku saja itu sudah pengorbanan. Dirumah aku selalu melihat kertas mimpi-mimpi ayahku lalu dipikirkan, aku mulai mendapatkan ide untuk mencari uang sendiri aku berpikir untuk meminta minta dengan mengandalkan fisikku, tapi tidak mungkin selama masih bisa bekerja keras dengan keadaan yang ada. Aku teringat temanku ayahnya adalah pengusaha sepatu mungkin aku bisa mengandalkan jari jemariku karena kaki tidak diperlukan dalam hal ini mungkin hanya sebatas berjalan ke tempat itu. Esoknya, aku pergi kerumah temanku dan beruntungnya langsung ada ayahnya tanpa pikir panjang aku langsung minta lamarannya untuk berkerja di tempat ini, namun raut muka ayahnya langsung berubah jadi marah dan berkata kalau kamu disini bagaimana kamu bisa melakukannya kamu urusi saja dirimu sendiri tidak perlu banyak mau cukup duduk manis ujarnya sambil tertawa. Aku sangat sedih walupun fisikku seperti ini setidaknya dia mau menghargaiku, aku keluar dengan perasaan kecewa lalu temanku menghampiriku dan minta maaf aku telah memaafkannya ujarku. Akupun pulang dengan perasaan kecewa dengan menghampiri ibuku dengan perasaan sedih depan ibuku lalu iku langsung memelukku dan bertanya kenapa kamu menangis akupun langsung menjawab dengan menyembunyikan perasaanku sebenarnya dengan menjawab tidak apa apa, aku sayang ibu sambil tersenyum. Ketika aku membuka pintu kertas mimpi ayahku seperti membuatku semangat aku sangat bertekad untuk melanjutkan mimpi ayahku yang tinggal satu lagi belum terwujud, aku langsung memeluk foto ayahku yang terpajang satu dikamarku dan menangis tersedu-sedu sambil curhat seperti aku bertatap langsung kepada ayahku hingga aku tertidur dengan foto ayah yang ada di dadaku .

Keesokan harinya aku tetap berusaha mencari uang tanpa membebani ibuku dan terpikir aku untuk meminjam ke bank untuk menjadi loper Koran di jalan. Aku bergegas untuk ke bank dengan munggunakan kendaraan seperti biasa hanya sebatang kaki dan sandal jepit sebelah dengan tongkat untuk berjalan menempuh sekitar 3 kilometer walaupun cukup dekat, bagiku itu sangat jauh setiba disana aku disambut dengan ramah oleh satpam bank dan ketika aku masuk semua mata tertuju padaku karena merasa iba melihatku, tidak lama kemudian aku di panggil oleh petugas teller bank dengan wajah kasihan aku meminjam uang kepada bank sebesar 1 juta namun petugas teller tersebut menanyakan identitas diri dan pekerjaanku namun semua pernyataanku tidak dapt memenuhi pinjaman tersebut akupun memohon namun tetap ditolak, akupun meninggalkan tempat itu dengan perlahan sambil berharap petugas itu memanggilku namun tidak ada yang memanggilku hingga aku keluar dari pintu, setelah itu aku duduk diteras depan bank tersebut sambil melemaskan tanganku yang pegal karena membawa bobot tubuhku. Tidak lama kemudian ada seorang wanita berhijab menghampiriku dan ikut duduk bersamaku mungkin dia baru keluar dari bank dan melihatku seperti pengemis. Namun dia bertanya-tanya tentang keadaanku dan menanyakan kenapa aku tadi sempat memaksa petugas teller untuk dan ternyata dia memperhatikanku, lalu aku jawab semua pertanyaannya dengan apa adanya, seketika orang tersebut meneteskan air matanya dan bertanya berapa uang yang kamu butuhkan? Aku jawab 500 ribu saja karena aku tidak mau terlalu membebani sepenuhnya lalu dia langsung mengeluarkan dompet dari tasnya dan memberikan aku uang sebesar 2 juta rupiah yang terdiri dari 20 lembar 100 ribuan. Aku langsung menolaknya  namun dia tetap memaksa dengan kehendaknya dan terakhir kali dia bilang sebelum akhirnya pergi meninggalkanku kamu sombong sekali tidak mau dibantu oleh orang lain, kamu taukan bahwa manusia ialah makhluk social, aku langsung menatapnya dengan perasaan terharu langsung bersalam dengannya dengan meneteskan air mata, diapun menatapku dengan perasaan senang.

Keesokan harinya aku sangat bersemangat dengan pekerjaan baruku ini, bangun tidur aku langsung bergegas mandi dan makan ibuku sangat senang diawal aku bekerja, sampai di kantor Koran tersebut aku disambut ramah karena mungkin mereka befikir orang sepertiku saja masih banyak yang bekerja sedangkat orang yang fisiknya beruntung sudah banyak yang lebih memilih meminta-minta. Dengan semanagt aku membawa berlipat-lipat Koran namun aku di berikan tas akan tetapi beratnya sama tidak berubah hanya untuk memudahkan saja melakukan mobilitas dari satu tempat ketempat lainnya. Ketika aku turun ke jalan banyak yang memperhatikanku selangkah demi langkah, satu mobil ke mobil hal ini aku lakukan hingga koranku habis terjual. Setelah itu akupun langsung pulang ke rumah dan memberikan gaji pertamaku kepada ibuku untuknya dan sebagian dibelanjakan tadi di pasar untuk keperluan besok lalu di tabung untuk melanjutkan mimpi ayahku.

Sudah setahun pekerjaan ini aku lakoni dan tabungan untuk pergi melanjutkan mimpi ayahku sudah cukup. Aku mulai mencari informasi tentang peralatan yang harus di bawa dan mulai mencari temen untuk pergi ke gunung tersebut. Aku izin ke kantor Koran tempat yang telah memberikanku pekerjaan, aku bilang kepada direktur utama kantor tempatku bekerja aku izin untuk pergi ke gunung  kerinci untuk melanjutkan mimpi terakhir ayahku sebelum akhirnya wafat, seketika direktur utama itu agak kaget karena aku cerita banyak tentang gunung tersebut untuk alasanku pergi kesana, aku kira awalnya dia akan menjatuhkanku seperti orang pada umumnya namun dia mendukungku dan bertanya berapa dana yang kau inginkan ujurnya, aku jawab aku menabung sudah jauh-jauh hari sebelumnya bahkan satu tahun yang lalu aku ingin mewujudkan mimpi ayahku dengan kemampuanku sendiri, dan dia merasa salut dan terpana dengan ucapanku tadi lalu dia meminta agar kamu mau di masukkan ke dalam berita Koran untuk esok hari, lalu ku jawab iyaa.

Keesokan harinya namaku dan fotoku sudah terpampang di halaman awal Koran tersebut dengan judul “Melanjutkan Mimpi Seorang Ayah”. Lalu ada stasiun tv kerumahku dengan menawarkan agar dia mendokumentasikan perjalananku nanti lalu aku jawab iyaa. Setiap hari aku mempersiapkan barang-barang yang di perlukan karena minggu depan aku mulai mendaki. Ibuku juga mulai mempersiapkan barang-barangku karena takut kehilangaan anak tunggalnya.

Seminggupun berlalu waktu yang sangat ku tunggu-tunggupun datang, sebelum berangkat ibu memastikan kembali barang bawaanku, dan memberikan banyak pesan sebelum berangkat ketika aku dan kru lainnya ingin meninggalkan tempat ibuku menangis begitupun denganku dan kru lainnya ikut terharu namun pastinya kami tetap pergi karena pasti akan memakan waktu. Sepanjang jalan menyebrangi pulau jawa menuju Sumatra aku tertidur hingga kami tukar dengan tranportasi umum menggunakan mobil, seperti biasa aku tidur ketika dibangunkan kru bahwa kita dikaki gunung kerinci hampir sampai, ketika aku terbangun mataku langsung terbuka lebar karena aku tidak pernah melihat gunung ini dan sangat besar dan menjulang tinggi menembus awan, aku kira gunungnya kecil ternyata sangat besar. Sampailah kami tepat di pos penjaga taman nasional kerinci seblat dan aku sempat mengurungkan niat awalku tadi karena merasakan mungkin akan sulit berjaln mengunakan sebelah kaki saja namun kertas mimpi ayahku seperti memberi semangat besar untuk mencapai mimpinya. Kami menginap semalam karena hari sudah malam sehingga perjalanan di mulai besok.

Mataharipun sudah terbit para kru meminta agar perjalanan di beri kesempatan lama karena membawaku  yang seperti ini mendaki gunung tertinggi kedua di Indonesia dan tertinggi di Sumatra dan taman nasional tersebut memberikan kami keringanan. Sekitar 2 kilometer aku berjalan aku sudah merasa letih karena harus berjalan mendaki, aku bertekad agar aku berjalan dengan kakiku sendiri tanpa digendong dengan orang lain mungkin hanya barangku saja yang kadang di bawa orang lain karena cukup berat dan kamipun beristirahat lalu jika aku mulai kecapean aku meminta agar kita membuat tenda di sini saja.

Dua minggu kami mendaki sudah dan tinggal beberapa kilo meter lagi dan hari ini harus di selesaikan semuanya sampai puncak, mendenagr itu aku sangat bersemangat walau aku tidak tahu seperti apa kenyataannya karena aku seringkali di bohongi  seperti puncak 5 menit lagi namun tidak sampai juga, pagi itu para kru erdoa dengan khusu dan perjalanan dimulai pada jam 11 malam dan semua medannya naik semua namun secarik kertas mimpi ayahku dan ibuku di rumah sebagai sebagai semangatku. Puncak tertinggi Sumatra tinggal 1 kilometer lagi namuan aku tidak berdaya lagi karena otot-otot kakiku  sudah tidak kuat, seketika semuanya berubah putih dimataku karena tanpa sadar aku pingsan 5 menit, dan ketika sadar sudah banyak kru yang mengelilingiku. Ketika itu aku langsung berteriak karena menurutku ini dapat memberikan semangat dan kami mulai melanjutkan perjalanan kembali, suhu di disana mencapai -5 derajat selsius dan tanpa sadar aku sudah di atas awan. Perjalanan tinggal beberapa meter lagi ketika aku menapakkan kakiku pertama kali di puncak ini aku langsung melakukan sujud syukur dan berteriak menyebut nama ayahku bahwa aku telah melengkapi mimpi ayah, di sekeliing sudah cukup banyak kamera yang menyorotku. Di puncak kerinci aku sangat merasakan bahwa aku dekat dengan tuhan dan ayahku, aku berdo’a agar arwah ayahku selalu disisi tuhan. Di atas puncak kerinci aku menyetel lagu nasional yaitu tanah airku, aku sangat terkagum ketika melihat pemandangan awan yang sangat cantik, ketika menyetel awal lagu ini badanku sangat merinding karena memaknai lagu tersebut.

“Tanah air ku tidak ku lupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidakkan hilang dari kalbu
Tanahku yang ku cintai
Engkau ku hargai”

Seketika air mataku jatuh karena mendengar dan memaknai lagu ini. Di puncak kerinci bendera merahputih di tancapkan bersama doa untuk ayahku. Aku berterima kasih kepada kru yang telah membantuku hingga berdiri di puncak kerinci seperti saat ini. Saat itu kamu berdiri di atas bumi namun dekat sekali dengan langit dan pencipta. Awalnya aku tidak menyangka dapat berdiri di puncak ini dengan ketinggian 3.805 mdpl yang mempunyai danau gunung tujuh danau tertinggi di Asia Tenggara dan salah satu karya tuhan yang sempurna oleh karena itu gunung ini di sebut sekepal tanah surga, aku melihat dari kaki gunung sangat menjulang tinggi namun saat ini aku bisa lebih tinggi dari gunung ini. Nikmat tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan? Percayalah sebuah harapan selalu ada bagi mereka yang mempercayainya dan  memiliki jiwa petarung.

THE END

M.FAUZI FARHAN RAWI
15213925
1EA29


(CERPEN IBD)


NILAI - NILAI DALAM PROSA (IBD)


M.FAUZI FARHAN RAWI
15213925
1EA29

Sebagai seni yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra ( prosa fiksi ) langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan atau cerita. Dengan kata lain prosa mempunyai nilai-nilai yang diperoleh pembawa lewat sastra. Adapun nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain :
1.     Prosa memberikan kesenangan
Dalam nilai ini pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri kejadian yang dikisahkan. Pembaca juga dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal tempat-tempat atau tokoh yang diceritakan.
    2. Prosa memberikan informasi
Dalam nilai ini kita mendapatkan informasi yang tidak ada di ensiklopedi, kita     dapat belajar sesuatu yang lebih dari sejarah atau laporan jurnalistik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan datang atau kehidupan yang asing sama sekali.


     3. Prosa memberikan warisan kultural
Dalam nilai ini prosa fiksi dapat menstimulasi imajinasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
    4. Posa memberikan keseimbangan wawasan
Dalam nilai ini lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sehari-hari.

Berkenaan dengan moral, karya sastra dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
  1. Karya sastra yang menyuarakan aspirasi jamannya
Disini penulis mengajak pembaca untuk mengikuti apa yang dikehendaki jamannya.
    2. Karya sastra yang menyuarakan gejolak jamannya
Karya sastra ini biasanya tidak mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu, akan tetapi untuk merenung.