Aku adalah seorang manusia yang lahir ke dunia secara
prematur dengan bobot satu kilogram, dan
aku dilahirkan tanpa satu kaki walaupun tuhan memberikan aku keistimewaan ini
dari manusia lainnya aku selalu bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk
lahir ke dunia. Sejak lahir aku tidak pernah melihat ayah kandungku karena
ketika tujuh bulan dikandungan ayahku ditabrak lari oleh pengendara motor yang
tidak bertanggung jawab atas perbuatannya sehingga membuat ayahku tewas
ditempat sehingga membuatku menjadi anak yatim dan anank tunggal. Aku
hanya dapat melihat sosok wajah ayah
dalam frame foto yang tertempel di dinding ruang tamu dan dari cerita ibuku,
aku hanya tinggal dirumah sepetak persegi ini pun hasil warisan peninggaan Alm.
Kakek dan kami hanya mengandalkan uang yang diberikan oleh asuransi kantor
ayahku sehingga ibuku harus sangat memanfaatkan uang ini seefisien mungkin, ibu
hanya seorang pedagang gorengan di SD namun dimataku beliau ialah seorang
malaikat yang di utus oleh tuhan untuk menjagaku di dunia. Walaupun aku
memiliki kekurangan fisik namun semangatku dapat mengalahkan orang-orang yang
diberikan kehidupan yang jauh lebih baik dariku, ketika aku kecil aku hanya
dapat melihat teman-temanku bermain berlari untuk mengambil bola atau main
petak umpat dan lain-lain separuh waktu hidupku kecil aku habisnya hanya untuk
duduk dan duduk hingga aku masuk SD. Pertama kali masuk SD aku di antar oleh
ibuku dengan digendongnya hingga sampai ketempat duduk dan dijemput lagi ketika
sekolah telah berakhir, seminggu pun aku menjalani sekolah SD hingga suatu hari
aku mendapatkan tongkat untuk berjalan sendiri untuk segala aktivitasku yang
diberikan oleh orang tua murid yang merasa iba setelah melihat perjuangan ibuku
dan kondisiku.
Hidupku tidak luput dari hinaan dan cacian disekolah
maupun dirumah, pada saat itu aku masih ingat ketika aku dijatuhkan oleh teman
dan aku dikerubungi oleh teman-temanku yang ingin mencela hidupku dengan
berbagai perkataan yang tidak enak jika didengar oleh siapapun, ibuku datang
dan mengusir mereka, aku tambah sedih ketika ibuku datang ibu malah ikut dihina
oleh mereka aku berkata dalam hati jika aku menjadi beban siapapun aku siap
dicabut nyawaku saat ini juga aku memohon kepada tuhan. Walaupun umurku masih
dibilang kecil aku sudah bias merasakan
betapa kerasnya hidup yang kujalani karena berbagai polemika besar yang
ditanggung oleh tubuhku yang kecil. Umurku sudah 17 tahun aku mulai merasakan
jatuh cinta kepada lawan jenis hingga pada saat itu aku menyatakan cintaku
pertama kali kepada seorang wanita idamanku, dengan lantang dia bilang lu ngaca
dulu dong liat fisik lu dulu kayak gimana sama apa yang lu punya buat gue nanti
punya duit kagak lu, saat itu aku sangat merasa kecil tidak ada harganya
sedikitpun namun setidaknya aku bisa lega karena aku telah menyatakan perasaanku
yang kusimpan sejak awal SMA, dan aku merasa kapok dan berfikir untuk tidak
menikah karena siapa yang mau menerimaku dengan keadaaan seperti ini.
Aku sangat sedih ketika mendengar atau meliat ibuku
menangis sendiri dikamar, ibuku selalu
memberikan motivasi hidup kepadaku dan menasehatiku agar selalu bersabar karena
rencana tuhan itu indah. Tidak ada skenario tuhan yang buruk pasti semua baik
dan ibuku selalu berkata EVERYTHING IS POSSIBLE dengan kata-kata yang beliau
dapatkan dari cover buku yang ia jadikan
sebagai kertas gorengan yang ia jual, setiap ibuku menasehatiku aku selalu
semangat lagi dan diakhiri dengan pelukan hangat dari seorang ibu. Dan inilah
yang selama ini membuatku bisa tahan dengan cobaan hidupku.
Hari ini ialah hari 18 tahunnya ayahku meninggalkan
keluarga ini ibuku sangat sedih setiap mengenang suaminya pergi ketika awal
mereka menikah, dan terihat ibuku sedang membuka lemari yang katanya ini adalah
benda bersejerah bagi mereka dan aku melihat sebuah kertas yang berdebu yang
berisi coretan merah ketika aku tanya ibuku kertas apa ini, ibuku langsung
menjawab ini adalah kertas impian-impian atau mimpi-mimpi alm. Ayahmu ketika
SMA dan beliau masih hidup. Aku melihat semuanya hamper dicoret dan terlihat
masih ada satu dan di taruh dinomer satu mungkin ini impian ayahku yang pertama
yaitu mejajahi puncak gunung kerinci, langsung aku bertanya pada ibuku dimana
gunung kerinci bu? Kata ibuku gunung kerinci terletak di pulau Sumatra dank arena Alm. Ayahmu dulunya orang
Palembang lalu merantau sendiri ke Jakarta. Lalu aku meminta kertas itu kepada
ibuku dan ibuku mengizinkannya sebagai kenang-kenangan dari ayahmu. Setelah itu
aku langsung menempelkan kertass itu dipintu kamarku dan aku meniatkan untuk
melanjutkan mimpi ayahku namun terbesit dihatiku apa aku bisa melakukannya
dengan kondisiku saat ini.
Keesokan harinya, aku pergi ke warnet aku mulai
mencari tau seperti apa gunung kerinci itu pertama kali aku melihat gambarnya
aku sangat kagum karena gunung itu berdiri gagah menjulang tinggi yang sangat
mengerucut hingga menembus awan dan gunung itu merupakan seven summits Indonesia
merupakan gunung tertinggi kedua di Indonesia setelah gunung cartenz di Papua
dan di nobatkan sebagai puncak tertinggi pulau Sumatra, aku terdiam sejenak
apa aku bisa tapi aku teringat
mimpi-mimpi ayahku . Aku mulai mecari butuh berapa banyak yang harus aku
keluarkan untuk kesana dan peralatan apa saja yang aku harus bawa untuk
bertahan hidup selama disana. Dan aku mulai menghubungi jasa-jasa trip untuk
pergi kesana aku melihat berbagai macam harga ditawarkan ternyata yang paling
murah ialah 4,5 juta aku berpikir dari mana uang sebanyak itu untuk mencukupi
kebutuhan aku dan ibuku saja itu sudah pengorbanan. Dirumah aku selalu melihat
kertas mimpi-mimpi ayahku lalu dipikirkan, aku mulai mendapatkan ide untuk
mencari uang sendiri aku berpikir untuk meminta minta dengan mengandalkan
fisikku, tapi tidak mungkin selama masih bisa bekerja keras dengan keadaan yang
ada. Aku teringat temanku ayahnya adalah pengusaha sepatu mungkin aku bisa
mengandalkan jari jemariku karena kaki tidak diperlukan dalam hal ini mungkin
hanya sebatas berjalan ke tempat itu. Esoknya, aku pergi kerumah temanku dan
beruntungnya langsung ada ayahnya tanpa pikir panjang aku langsung minta
lamarannya untuk berkerja di tempat ini, namun raut muka ayahnya langsung
berubah jadi marah dan berkata kalau kamu disini bagaimana kamu bisa
melakukannya kamu urusi saja dirimu sendiri tidak perlu banyak mau cukup duduk
manis ujarnya sambil tertawa. Aku sangat sedih walupun fisikku seperti ini
setidaknya dia mau menghargaiku, aku keluar dengan perasaan kecewa lalu temanku
menghampiriku dan minta maaf aku telah memaafkannya ujarku. Akupun pulang
dengan perasaan kecewa dengan menghampiri ibuku dengan perasaan sedih depan
ibuku lalu iku langsung memelukku dan bertanya kenapa kamu menangis akupun
langsung menjawab dengan menyembunyikan perasaanku sebenarnya dengan menjawab
tidak apa apa, aku sayang ibu sambil tersenyum. Ketika aku membuka pintu kertas
mimpi ayahku seperti membuatku semangat aku sangat bertekad untuk melanjutkan
mimpi ayahku yang tinggal satu lagi belum terwujud, aku langsung memeluk foto
ayahku yang terpajang satu dikamarku dan menangis tersedu-sedu sambil curhat
seperti aku bertatap langsung kepada ayahku hingga aku tertidur dengan foto
ayah yang ada di dadaku .
Keesokan harinya aku tetap berusaha mencari uang tanpa
membebani ibuku dan terpikir aku untuk meminjam ke bank untuk menjadi loper
Koran di jalan. Aku bergegas untuk ke bank dengan munggunakan kendaraan seperti
biasa hanya sebatang kaki dan sandal jepit sebelah dengan tongkat untuk
berjalan menempuh sekitar 3 kilometer walaupun cukup dekat, bagiku itu sangat
jauh setiba disana aku disambut dengan ramah oleh satpam bank dan ketika aku
masuk semua mata tertuju padaku karena merasa iba melihatku, tidak lama
kemudian aku di panggil oleh petugas teller bank dengan wajah kasihan aku
meminjam uang kepada bank sebesar 1 juta namun petugas teller tersebut
menanyakan identitas diri dan pekerjaanku namun semua pernyataanku tidak dapt
memenuhi pinjaman tersebut akupun memohon namun tetap ditolak, akupun
meninggalkan tempat itu dengan perlahan sambil berharap petugas itu memanggilku
namun tidak ada yang memanggilku hingga aku keluar dari pintu, setelah itu aku
duduk diteras depan bank tersebut sambil melemaskan tanganku yang pegal karena
membawa bobot tubuhku. Tidak lama kemudian ada seorang wanita berhijab
menghampiriku dan ikut duduk bersamaku mungkin dia baru keluar dari bank dan
melihatku seperti pengemis. Namun dia bertanya-tanya tentang keadaanku dan
menanyakan kenapa aku tadi sempat memaksa petugas teller untuk dan ternyata dia
memperhatikanku, lalu aku jawab semua pertanyaannya dengan apa adanya, seketika
orang tersebut meneteskan air matanya dan bertanya berapa uang yang kamu
butuhkan? Aku jawab 500 ribu saja karena aku tidak mau terlalu membebani
sepenuhnya lalu dia langsung mengeluarkan dompet dari tasnya dan memberikan aku
uang sebesar 2 juta rupiah yang terdiri dari 20 lembar 100 ribuan. Aku langsung
menolaknya namun dia tetap memaksa
dengan kehendaknya dan terakhir kali dia bilang sebelum akhirnya pergi
meninggalkanku kamu sombong sekali tidak mau dibantu oleh orang lain, kamu
taukan bahwa manusia ialah makhluk social, aku langsung menatapnya dengan
perasaan terharu langsung bersalam dengannya dengan meneteskan air mata, diapun
menatapku dengan perasaan senang.
Keesokan harinya aku sangat bersemangat dengan
pekerjaan baruku ini, bangun tidur aku langsung bergegas mandi dan makan ibuku
sangat senang diawal aku bekerja, sampai di kantor Koran tersebut aku disambut
ramah karena mungkin mereka befikir orang sepertiku saja masih banyak yang
bekerja sedangkat orang yang fisiknya beruntung sudah banyak yang lebih memilih
meminta-minta. Dengan semanagt aku membawa berlipat-lipat Koran namun aku di
berikan tas akan tetapi beratnya sama tidak berubah hanya untuk memudahkan saja
melakukan mobilitas dari satu tempat ketempat lainnya. Ketika aku turun ke
jalan banyak yang memperhatikanku selangkah demi langkah, satu mobil ke mobil
hal ini aku lakukan hingga koranku habis terjual. Setelah itu akupun langsung
pulang ke rumah dan memberikan gaji pertamaku kepada ibuku untuknya dan
sebagian dibelanjakan tadi di pasar untuk keperluan besok lalu di tabung untuk
melanjutkan mimpi ayahku.
Sudah setahun pekerjaan ini aku lakoni dan tabungan
untuk pergi melanjutkan mimpi ayahku sudah cukup. Aku mulai mencari informasi
tentang peralatan yang harus di bawa dan mulai mencari temen untuk pergi ke
gunung tersebut. Aku izin ke kantor Koran tempat yang telah memberikanku
pekerjaan, aku bilang kepada direktur utama kantor tempatku bekerja aku izin
untuk pergi ke gunung kerinci untuk
melanjutkan mimpi terakhir ayahku sebelum akhirnya wafat, seketika direktur
utama itu agak kaget karena aku cerita banyak tentang gunung tersebut untuk
alasanku pergi kesana, aku kira awalnya dia akan menjatuhkanku seperti orang
pada umumnya namun dia mendukungku dan bertanya berapa dana yang kau inginkan
ujurnya, aku jawab aku menabung sudah jauh-jauh hari sebelumnya bahkan satu tahun
yang lalu aku ingin mewujudkan mimpi ayahku dengan kemampuanku sendiri, dan dia
merasa salut dan terpana dengan ucapanku tadi lalu dia meminta agar kamu mau di
masukkan ke dalam berita Koran untuk esok hari, lalu ku jawab iyaa.
Keesokan harinya namaku dan fotoku sudah terpampang di
halaman awal Koran tersebut dengan judul “Melanjutkan Mimpi Seorang Ayah”. Lalu
ada stasiun tv kerumahku dengan menawarkan agar dia mendokumentasikan
perjalananku nanti lalu aku jawab iyaa. Setiap hari aku mempersiapkan barang-barang
yang di perlukan karena minggu depan aku mulai mendaki. Ibuku juga mulai
mempersiapkan barang-barangku karena takut kehilangaan anak tunggalnya.
Seminggupun berlalu waktu yang sangat ku
tunggu-tunggupun datang, sebelum berangkat ibu memastikan kembali barang
bawaanku, dan memberikan banyak pesan sebelum berangkat ketika aku dan kru
lainnya ingin meninggalkan tempat ibuku menangis begitupun denganku dan kru
lainnya ikut terharu namun pastinya kami tetap pergi karena pasti akan memakan
waktu. Sepanjang jalan menyebrangi pulau jawa menuju Sumatra aku tertidur
hingga kami tukar dengan tranportasi umum menggunakan mobil, seperti biasa aku
tidur ketika dibangunkan kru bahwa kita dikaki gunung kerinci hampir sampai,
ketika aku terbangun mataku langsung terbuka lebar karena aku tidak pernah
melihat gunung ini dan sangat besar dan menjulang tinggi menembus awan, aku
kira gunungnya kecil ternyata sangat besar. Sampailah kami tepat di pos penjaga
taman nasional kerinci seblat dan aku sempat mengurungkan niat awalku tadi
karena merasakan mungkin akan sulit berjaln mengunakan sebelah kaki saja namun
kertas mimpi ayahku seperti memberi semangat besar untuk mencapai mimpinya. Kami
menginap semalam karena hari sudah malam sehingga perjalanan di mulai besok.
Mataharipun sudah terbit para kru meminta agar
perjalanan di beri kesempatan lama karena membawaku yang seperti ini mendaki gunung tertinggi
kedua di Indonesia dan tertinggi di Sumatra dan taman nasional tersebut
memberikan kami keringanan. Sekitar 2 kilometer aku berjalan aku sudah merasa
letih karena harus berjalan mendaki, aku bertekad agar aku berjalan dengan
kakiku sendiri tanpa digendong dengan orang lain mungkin hanya barangku saja
yang kadang di bawa orang lain karena cukup berat dan kamipun beristirahat lalu
jika aku mulai kecapean aku meminta agar kita membuat tenda di sini saja.
Dua minggu kami mendaki sudah dan tinggal beberapa
kilo meter lagi dan hari ini harus di selesaikan semuanya sampai puncak,
mendenagr itu aku sangat bersemangat walau aku tidak tahu seperti apa
kenyataannya karena aku seringkali di bohongi
seperti puncak 5 menit lagi namun tidak sampai juga, pagi itu para kru erdoa
dengan khusu dan perjalanan dimulai pada jam 11 malam dan semua medannya naik
semua namun secarik kertas mimpi ayahku dan ibuku di rumah sebagai sebagai
semangatku. Puncak tertinggi Sumatra tinggal 1 kilometer lagi namuan aku tidak
berdaya lagi karena otot-otot kakiku
sudah tidak kuat, seketika semuanya berubah putih dimataku karena tanpa
sadar aku pingsan 5 menit, dan ketika sadar sudah banyak kru yang
mengelilingiku. Ketika itu aku langsung berteriak karena menurutku ini dapat
memberikan semangat dan kami mulai melanjutkan perjalanan kembali, suhu di
disana mencapai -5 derajat selsius dan tanpa sadar aku sudah di atas awan.
Perjalanan tinggal beberapa meter lagi ketika aku menapakkan kakiku pertama
kali di puncak ini aku langsung melakukan sujud syukur dan berteriak menyebut
nama ayahku bahwa aku telah melengkapi mimpi ayah, di sekeliing sudah cukup
banyak kamera yang menyorotku. Di puncak kerinci aku sangat merasakan bahwa aku
dekat dengan tuhan dan ayahku, aku berdo’a agar arwah ayahku selalu disisi
tuhan. Di atas puncak kerinci aku menyetel lagu nasional yaitu tanah airku, aku
sangat terkagum ketika melihat pemandangan awan yang sangat cantik, ketika
menyetel awal lagu ini badanku sangat merinding karena memaknai lagu tersebut.
“Tanah air ku tidak ku lupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidakkan hilang dari kalbu
Tanahku yang ku cintai
Engkau ku hargai”
Seketika air mataku jatuh karena mendengar dan
memaknai lagu ini. Di puncak kerinci bendera merahputih di tancapkan bersama
doa untuk ayahku. Aku berterima kasih kepada kru yang telah membantuku hingga
berdiri di puncak kerinci seperti saat ini. Saat itu kamu berdiri di atas bumi
namun dekat sekali dengan langit dan pencipta. Awalnya aku tidak menyangka
dapat berdiri di puncak ini dengan ketinggian 3.805 mdpl yang mempunyai danau gunung
tujuh danau tertinggi di Asia Tenggara dan salah satu karya tuhan yang sempurna
oleh karena itu gunung ini di sebut sekepal tanah surga, aku melihat dari kaki
gunung sangat menjulang tinggi namun saat ini aku bisa lebih tinggi dari gunung
ini. Nikmat tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan? Percayalah sebuah
harapan selalu ada bagi mereka yang mempercayainya dan memiliki jiwa petarung.
THE END
M.FAUZI FARHAN RAWI
15213925
1EA29
(CERPEN IBD)