Senin, 28 Maret 2016

Menggapai Mimpi diatas Awas (tugas softskill)

Ini bukan pertama kalinya saya mendaki gunung gede, saya telah mendaki gunung gede enam kali, namun pendakian ke tujuh ini beda karena saya punya mimpi untuk mendaki gunung bersama sahabat-sahabat saya yang semua belum ada pengalaman naik gunung, karena saya ingin berbagi pengalaman dengan mereka. Alasan saya memilih gunung gede karena gunung tersebut tidak terlalu berbahaya untuk didaki, apalagi saya sebagai pencetus ide ini jadi tidak mau mengambil resiko dan bertanggung jawab hingga mereka sampai rumahnya kembali dengan selamat. Sahabat pertama saat masuk jenjang perguruan tinggi, kami mempunyai nama kelompok yaitu geng ngablo yang terdiri dari saya sendiri, panji, harris, said, aska, ricky, ikbal, iwan, mekkah dan rafly. Kami semua tidak sengaja dipertemukan karena satu kelas dan pada akhirnya kami memiliki kesamaan yaitu kita semua selalu bertingkah laku konyol dimanapun. Rencana ini butuh waktu dua bulan hingga pada akhirnya dapat terealisasikan, banyak kendala yang saya temui seperti sahabat saya yang tidak mau karena mereka berpikir buat apa naik gunung, ada yang baru beli motor sehingga dia menabung untuk aksesoris motornya, ada yang pulang kampung, ada yang tidak diizinkan oleh orang tuanya dan lain-lain. Hingga pada akhirnya dapat empat orang yang mau ikuti mencari pengalaman baru dalam hidupnya. Ketika sudah pasti siapa saja yang ikut, saya sendiri sebagai panitia penyelengara mulai menagih uang pendaftaran yang digunakan untuk kegiatan oprasional mendaki dan semua dilakukan transparan dengan teman-teman saya, karena bukan untung yang saya cari tetapi karena memang mimpi saya membawa sahabat-sahabat saya mendaki. Sambil menunggu uangnya terkumpul penuh, langkah yang saya lakukan ialah membuat surat izin mendaki yang dibuat di kantor TNGGP (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango) yang berlokasi dicibodas, Bogor. Surat izin ini harus dibuat minimal 30 hari sebelum pendakian dengan berbagai syaratanya. Waktu saya pergi ke bogor untuk membuat surat izin, pada malam harinya saya terkena musibah yaitu motor saya ditabrak oleh pengendara motor lainnya, ketika saya ingin memutar arah, dari arah berlawanan motor saya ditabrak karena motor tersebut cepat dan jalan sedang menurun, alhasil tabrakan tidak terhindarkan dan mengakibatkan swing arm belakang saya penyok, untunglah motor saya berjenis trail jadi tinggi pada bagian belakang, namun sang pengendara yang menabrak saya luka-luka dan motornya rusak parah namun kebalikannya saya tidak mengalami apa-apa jatuhpun tidak hanya saja saya rasa agak bergerak sedikit motornya. Dia meminta maaf karena mengaku salah dan saya meminta dia menelpon sanak sodaranya untuk dijemput karena motornya tidak bisa dipakai lagi lalu sayapun pergi meninggalkannya dengan berat hati, karena saya takut ada polisi yang lewat dan diminta keterangan dan pastinya butuh waktu lama. Dia menunggu diwarung bersama orang yang membantu menolongnya. Setelah surat izin mendaki sudah dipegang, saya mulai membeli bahan-bahan makanan dan menyewa peralatan mendaki untuk kapasitas kelompok. Bahan makanan saya dapatkan dipasar tradisional dan pasar swalayan lalu peralatan mendaki saya sewa diinternet dengan lokasi yang dekat dan ada peralatan yang saya dapatkan diregu mendaki rumahan saya. Saya membeli bahan makanan dan minuman yang biasa dikonsumsi digunung seperti sarden, mie instan, kornet, beras, kopi, susu, teh, cemilan dan lainlain. Selain itu saya ke apotik untuk membeli obat-obatan dan thermometer, guna thermometer ialah untuk mengecek kondisi tubuh kelompok saya nanti, untuk mendeteksi terjadinya hipotermia, karena hipotermia pembunuh nomer satu digunung. Setelah itu saya mempersiapkan peralatan kelompok seperti tenda, nesting (alat masak yang biasa dipakai TNI ketika perang), kompor gas, matras dan lain-lain. Semua itu saya persiapkan selama dua minggu hingga terkumpul semua konsumsi dan peralatan regu. Sudah tinggal tiga minggu untuk melakukan pendakian, saya mulai membagikan apa saja yang harus dibawa secara pribadi oleh mereka seperti carrier (tas gunung), baju ganti, kaos kaki, kumpuk, sarung tangan, obat-obatan pribadi apabila ada penyakit yang sedang dialaminya dan lain-lain. Pada saat inipun masih ada kendala mereka tidak menemukan peralatan gunung pribadi yang harusnya mereka siapkan sendiri, karena saya tidak mau acaranya dibatalkan lebih baik saya carikan dan saya dapatkan dengan meminjam kepada teman regu mendaki rumah saya, akhirnya selesai masalah peralatan pribadi. Tidak lupa saya ingatkan juga untuk selalu berolahraga terutama pada kekuatan kaki, saya menyarankan untuk naik turun tangga dengan intensitas sering, namun sahabat saya ada yang berlatih angkat beban dan bebannyapun hanya dua kilogram, apa yang dirasa oleh tubuh jika beban hanya segitu. Dan tidak lupa saya berikan berbagai motivasi untuk pendakian nanti. Hanya tinggal seminggu pendakian dimulai, saya lebih menekankan mereka untuk melakukan latihan fisik lebih sering dan mempersiapkan peralatan pribadi saya karena belum mempersiapkan sama sekali. Syukurlah semua peralatan sudah saya miliki tinggal saya masukan saja dalam satu tas, termasuk perlengkapan kelompok yang saya buat dalam satu tas sehingga dalam pencariannya lebih mudah, kecuali frame atau rangka tendanya yang nantinya akan dibagi rata pada semua anggota kelompok. Tinggal sehari lagi petualangan dimulai, namun ada kabar buruk bahwa salah satu sahabat saya said mengalami cidera pada kakinya ketika main futsal, dia mengalami cidera pada punggung kaki yang salah urat karena ditackle keras, dulu saya pernah mengalami hal demikian dan memang rasanya sangat sakit sekali untuk berjalan, sayapun sembuh total dalam waktu satu bulan. Keesokan harinya tibalah waktu yang ditunggu-tunggu, waktunya berpetualang dengan sahabat-sahabat. Paginya saya meminta mereka untuk kerumah saya terlebih dahulu agar saya dapat melihat sejauh mana persiapan mereka, memerikan arahan dijalan nanti dan memberitahu bagaimana cara packing yang benar. Siang harinya kami agar melakukan istirahat dan makan siang dahulu agar kuat dalam berkendara ke cibodas, Bogor. Waktu terus berjalan hingga sorepun tiba, kami berangkat ke Bogor berempat orang yang terdiri dari saya sendiri, Rafly, Harris dan Ricky, dengan menaiki sepeda motor dan saling berboncengan kamipun pergi. Kami memilih untuk berboncengan karena agar tidak bosan dan mengantuk diperjalanan dan lebih memilih dengan mengendarai sepeda motor karena lebih efisien untuk menyalip. Kami ke Bogor melalui jalur cijantung hingga tembus-tembus perempatan ciawi dan naik lagi hingga cibodas, lokasi cibodas ialah setelah puncak pas lurus sedikit nanti jalannya menurun setelah itu ada pertigaan yang bernama pertigaan cibodas dan pertigaan cibodas lalu belok kanan. Sampailah kami dipenginapan sekitar cibodas pada pukul 23.00 WIB, penginapannya sendiri seperti warung makan mirip warteg, namun pada lantai atasnya rata-rata dijadikan tempat penginapan sebelum mendaki keesokan harinya, tidak hanya pendaki yang berada dipenginapan tersebut tetapi ada juga rombongan club motor yang melakukan touring dan beristirahat disana. Motor kami titipkan pada penitipan motor didepan penginapan dengan tarif Rp. 10.000,- perhari. Karena kami berada disana selama dua hari dan mulai dihitung pada esok harinya. Setelah sampai tempat penginapan yang ala kadarnya seperti tempat pengungsian yang hanya disediakan bantal dan selimut saja, tarif penginapannyapun hanya seikhlasnya saja. Setelah sampai kami mengganti pakaian dan membongkar muatan tas apabila ada yang dirasa tidak nyaman untuk dipacking ulang, setelah itu kami lanjut beristirahat karena besok akan jadi hari yang melelahkan. Hembusan angin dan hawa yang dingin membangunkan saya, dan tidak hanya saya tetapi para sahabat sayapun terbangun karena hawanya sangat dingin. Waktu menunjukan pukul 04.45 WIB, diantara kami tidak ada yang memberanikan diri untuk ke toilet karena sudah tau seperti apa dinginnya. Akhirnya kami bangun untuk solat subuh dan mandi sambil menunggu giliran mandi kami minum teh hangat, kopi dan susu, lumayan untuk menghangatkan tubuh. Tidak lupa kami sarapan disana karena pastinya perjalanan ini membutuhkan tenaga yang besar. Waktu menunjukan pukul 07.00 WIB, pagi itu langit sangat cerah terlihat dari langitnya berwarna biru muda serta dilapisi awan tipis-tipis, namun gunung gede masih tertutup awan tebal dan ketika awan tersebut mulai pudar sedikit demi sedikit maka terlihatlah betapa besarnya gunung gede dan diseberangnya ada gunung pangrango yang menjulang tinggi keatas. Sahabat sayapun bertanya-tanya dimana puncaknya dan kemana kita akan pergi, lalu saya tunjuk dengan tegas puncak gunung gede tersebut dan mereka merasa pesimis berada disana karena sangat jauh dan ini akan menjadi perjalanan jauh mereka dengan berjalan kaki. Pada pukul 07.30 WIB kami memulai perjalanan kami menuju pos pendaftaran untuk meristrasi ulang kami mendaki tidak sendiri tapi dengan kelompok lainny agar lebih ramai. Sesampainya kami disana diberikan arahan lalu meminta kami agar tidak memetik bunga edelweiss dan membawa kembali sampah turun. Setelah dari pos pendaftaran kami mulai mendaki, pada trek pertama kami dihadapkan pada batu yang disusun menyerupai tangga belum sampai 5 menit ricky dan harris sudah mulai merasakan capek sehingga memaksa kami harus berhenti untuk istirahat dan lanjut lagi. Waktu menunjukan pukul 08.00 WIB sudah 30 menit kami berjalan dan pada saat itu harris sudah tidak kuat, maka rafly berinisiatif untuck membawa tasnya. Tidak lama berjalan kami sampai ditelaga biru, telaga biru ialah danau yang airnya berwarna biru akibat adanya ganggang hidup disana. Pada pukul 09.15 WIB kami sampai dirawa panyangcangan, yaitu nama sebuah rawa dan disana ada pos pemberhentian yang dinamakan pos rawa panyacangan, disana kami berisirahat sejenak untuk sekedar melemaskan kaki, kami istirahat selama 5 menit. Dipos ini ada dua jalur yang pertama jalur menuju gunung gede pangrango dan jalur menuju air terjun cibereum, raflky dan kelompok lain mengunjungi air terjun tersebut, sementara saya menemani ricky dan harris yang kelelahan. Setelah puas kami melanjutkan perjalanan kembali. Waktu menunjukan pukul 09.35 WIB, kami dihadapkan pada sebuah jembatan yang terbuat dari beton, jembatan ini sempat direnovasi karena dulu saya kesini terbuat dari kayu-kayu. Karena pemandangannya yang bagus kami berfoto-foto dan posisi kami berada dipinggir kaki gunung pangrango, kami melihat kaki gunung secara dekat dan langsung. Setelah dirasa cukup kami melanjutkan perjalanan kami. Trek gunung baru akan dimulai setelah jembatan tadi yang pastinya akan lebih menantang dan tidak akan ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Disini kami sering berhenti karena treknya yang tidak bersahabat, kaki harris merasa keram dan nafasnya mulai terengah-engah karena dalam silsilah keluarganya tidak ada yang pernah mendaki gunung dan mempunyai catatan sakit jantung, jadi dia merasa bangga mendaki gunung pertama kali dikeluarganya, diapun mengikuti pendakian ini izinnya untuk tugas kelompok. Waktu tidak terasa sudah pukul 12.30 kami sampai pada sebuah trek yang sangat berbahaya, jadi kami harus menyebrangi sebuah aliran air panas dengan memijakan kaki kami diatas bebatuan untuk meyebranginya, lebih bahayanya jalur ini sangat sempit hanya untuk satu jalurndan hanya diberi seutas tali yang tidak berpatok sehingga tali tersebut goyang-goyang, belum lagi kaki kami harus merasakan panasnya air belerang dan uapnya menggangu pandangan kaki ke depan, jika salah langkah saja bisa jatuh ke air panas dan langsung tertutup uap. Kekompakan kelompok sangat diperlukan disini, dan akhirnya kami berhasil melewati trek air panas tersebut. Tidak jauh dari sana ada sebuah kolam air hangat yang ramai dikunjungi pendaki lain sehingga kami melewatkannya karena takut tidak kebagian tempat kemah dikandang badak. Tibalah kami dikandang badak pada pukul 15.30 WIB, disana sudah sangat ramai oleh pendaki yang ingin menginap sampai kami tidak kebagian tempat, sehingga memaksa kami untuk menunggu giliran pendaki yang ingin pergi dari sana untuck turun, pada pukul 16.00 WIB akhirnya kami bisa memasang tenda kami dan membongkar muatan dan beristirahat, saya mulai menjadi koki disana dengan membuat makanan untuk anggota kelompok dan yang lain bertugas mengisi air pada sebuah mata air disana. Malampun tiba, Rafly senang bercengkrama dengan orang baru maka dia memustuskan untuk bergabung dengan orang sebelah, sementara ricky dan harris lebih baik diam didalam tenda, karena terlalu pasif dengan orang lain. Dan pada akhirnya setelah ricky dan harris tidur, saya pergi meninggalkan mereka berdua untuk bercengkrama dengan kelompok lain bersama rafly. Haripun telah berganti, pada pukul 04.00 WIB kami mulai bergegas untuk menuju puncak, sebagian masih mengantuk dan terpaksa harus memaksa mereka untuk bangun, karena kami mengejar sunrise dipuncak gunung, karena keindahannya tidak akan terlupakan. Kami sengaja meninggalkan tenda beserta tas kami didalamnya, karena tidak lama pasti akan kembali lagi kesana dan membawa tenda akan meringankan beban kami dijalan. Kami hanya membawa minuman dan kompor untuk memasak diatas puncak nanti yang dijadikan satu dalam satu tas. Hari masih gelap sehingga kami menggunakan senter sebagai penerangan jalan kami, waktu normalnya menuju sampai puncak ialah 2 jam namun karena berbagai kendala dijalan dan adanya “tanjakan setan”, tanjakan setan ialah salah satu trek yang sangat curam tingkat kemiringannya hampir mencapai 90 derajat dan hanya diberi tali untuk memanjat, kami memanjat layaknya seorang ninja. Waktu menunjukan pukul 07.10 WIB, kami semua sudah berada dipuncak. Semua mata para sahabat saya terpana melihat keindahan hamparan pemandangan yang luar biasa, beruntung pada saat itu cuaca sedang cerah sehingga tidak ada kabut yang menghalangi mata kita. Diataspun saya mengucapkan selamat kepada para sahabat saya atas keberhasilan mereka sampai puncak dan kami berfoto bersama untuk mengabadikan momen ini dan memamerkan kepada sahabat-sahabat lainnya.

1 komentar: